Diberdayakan oleh Blogger.

JOGJA ACADEMICS UNDERGROUND - Membongkar Budaya Makelar Sarjana

JOGJA ACADEMICS UNDERGROUND - Membongkar Budaya Makelar Sarjana
JOGJA ACADEMICS UNDERGROUND - Membongkar Budaya Makelar Sarjana

Rp 50.000
Rp 40.000

PEMESANAN


085756777030


Detail Buku
JudulJOGJA ACADEMICS UNDERGROUND; Membongkar Budaya Makelar Sarjana   
No. ISBN
978-602-97734-0-8
PenulisHujair Sanaky
PenerbitKaukaba
Tanggal terbit2012
Jumlah Halaman-
Berat Buku-
Jenis CoverSoft Cover 
Dimensi(L x P)-
KategoriRubrik Sosial Budaya
Bonus
Text BahasaIndonesia
Sinopsis

Jogja Academics Underground; Membongkar Budaya Makelar Sarjana, sebuah judul buku yang sangat provokatif mengkritik keras dinamika kehidupan pendidikan tanah air. Menurut penulis buku ini, tidak berbeda jauh dengan amburadulnya tata kehidupan sosial politik kebangsaan kita, dunia pendidikan kita hari ini juga sudah sedemikian mengerikan dan memprihatinkan. Lebih lanjut menurutnya, ada beberapa alasan mengapa budaya plagiat mahasiswa yang biasanya melalui jasa Biro Bimbingan Skripsi /BBS) begitu marak dalam dunia pendidikan kita. Beberapa diantaranya, (1) Kejujuran intelektual Akademik S1, S2, S3 sangat memprihatinkan, (2) Birokrasi penulisan skripsi di institusi, (3) Pola bimbingan dosen kepada mahasiswa, serta (4) Motivasi klien (mahasiswa) yang ingin cepat selesai tanpa mau berusaha keras (budaya instan). 


Dalam dunia pendidikan jasa pembuatan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) tergolong dalam tindakan penipuan dan pemalsuan yang melanggar etika pendidikan. Akan tetapi, seperti halnya tindak penjiplakan, praktik-praktik sejenis sulit dibuktikan karena membutuhkan kecermatan tinggi



Menurut Ketua Dewan Pendidikan Provinsi DI Yogyakarta Wuryadi, fenomena ini menandakan pendidikan telah dianggap sebagai komoditas yang punya harga dan bisa diperdagangkan. Pemalsuan skripsi disebutnya sebagai bagian dari budaya instan pendidikan yang lebih mengutamakan kemudahan dibandingkan dengan moral dan proses. Mereka berambisi meraih gelar meski dengan skripsi pesanan.

Kegiatan jiplak-menjiplak karya ilmiah merupakan puncak gunung es ketidakjujuran dalam jagat pendidikan kita. Skripsi mahasiswa yang sebagian merupakan jiplakan dengan cara copy/cut and paste, serta contek-mencontek dalam ujian, sudah dianggap lumrah. Dengan demikian, ketidakjujuran itu sudah merambah hampir ke semua jenjang pendidikan. ”Ketidakjujuran ini sudah holistik, mengakar, merambah keluarga, masyarakat, dunia pendidikan, dan pemerintahan. Ini cermin dari dekadensi moral yang sudah sangat akut.

Komersialisasi di bidang karya ilmiah ini pada akhirnya melahirkan sarjana-sarjana bertitel panjang, tetapi bobot ilmiahnya rendah. Plagiat termasuk tamparan tragis bagi dunia pendidikan formal kita dan jika kasus ini dibiarkan bangsa ini akan hancur. Tidak heran ketika kita acap mendapati para pejabat yang tiba-tiba secara mendadak mendapatkan belar doktor.

Direktur Eksekutif Yayasan Warisan Luhur Indonesia (Indonesia Heritage Foundation) Ratna Megawangi menyatakan, maraknya plagiat adalah bukti kegagalan sistem pendidikan dan pola asuh dalam keluarga, terutama karena belum adanya pendidikan karakter.

Sementara menurut Guru besar ilmu sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bambang Purwanto, menambahkan, selama ini penjiplakan karya ilmiah cenderung ditutup-tutupi, berlangsung terus tanpa sanksi. Kondisi ini mendorong kian merebaknya penjiplakan dan akan menjadi budaya buruk pendidikan kita. Padahal, menjiplak karya ilmiah merupakan pelanggaran kode etik utama seorang ilmuwan. Maraknya penjiplakan karya ilmiah merupakan cermin kegagalan sistem pendidikan nasional. Kini, pendidikan lebih berorientasi pada produk, kurang menghargai proses, dan rasa malu pada kode etik kian terkikis. ”Demi tunjangan profesi, gelar kehormatan di lingkungan pendidikan diraih dengan cara curang,” tutur Wuryadi, Ketua Dewan Pendidikan DI Yogyakarta.

Tokoh penting lain yang mengkritik keras budaya makelar sarjana ini adalah Prof Dr Moh Mahfud MD, guru besar hukum tata negara Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, ia menilai bahwa penjiplakan berpotensi melakukan korupsi. ”Penjiplak karya orang lain berpotensi melakukan korupsi. Diri sendiri saja dibohongi, apalagi orang lain. Orang-orang seperti ini berbahaya jika kelak menjadi pemimpin.

Melihat maraknya fenomena Sarjana abal-abal pada kondisi kehidupan bangsa hari ini, menjadi tamparan dan sekaligus pekerjaan rumah bagi kita semua anak bangsa yang masih memiliki hati nurani bersih untuk secara bersama-sama, bahu membahu, galang persatuan untuk memberantas segala bentuk praktek yang mengarah pada budaya makelar sarjana ini.

Bagi yang berminat pada buku JOGJA ACADEMICS UNDERGROUND - Membongkar Budaya Makelar Sarjana, kami melayani paket order. silahkan hubungi no. kontak 085756777030

Selamat membaca..





  

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
2014 Hanya Menjual Buku | Google Indonesia Sponsors: Facebook, Rendi Syahputra