NIETZSCHE SABDA ZARATHUSTRA |
Rp. 85.000,-
PEMESANAN
085756777030
Judul | NIETZSCHE SABDA ZARATHUSTRA |
No. ISBN | - |
Penulis |
E Foster - Nietzsche
|
Penerbit | Pustaka Pelajar |
Tanggal terbit | 2010 |
Jumlah Halaman | 497 |
Berat Buku | - |
Jenis Cover | Soft Cover |
Dimensi(L x P) | - |
Kategori | Edisi Pemikiran - Filsafat |
Bonus | - |
Text Bahasa | Indonesia |
Apakah sidang pembaca pernah mendengar kalimat mengerikan ini, TUHAN TELAH MATI..!!. Ya, dia adalah Friedrich Nietzsche (1844-1900) adalah seorang penulis dan filsuf Prusia yang karyanya mempengaruhi banyak filsuf, seniman, dan cendekiawan abad ke-20.
Mengapa Nietzsche bersikeras bahwa Tuhan telah mati? Dia mengatakan bahwa kematian Tuhan itu disebabkan oleh rasa belas kasihan, (Jerman: Mitleid atau Jawa: nelongso) karena melihat keburukan-keburukan manusia. Dia tidak mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada. Dengan mengatakan bahwa Tuhan telah mati maka Nietzsche tidak bisa dikatakan menegasi keberadaan Tuhan. Sebaliknya, sebagaimana juga terhimpun dalam buku Sabda Zarathustra ini, ia menegaskan keberadaan Tuhan, pernyataan Tuhan bahwa telah mati lebih tepat dipandang sebagai sebuah penetapan waktu: Tuhan itu ada, tapi dulu, dan sekarang tidak ada lagi. Dan ketika dia mengatakan bahwa ketiadaan Tuhan saat itu disebabkan oleh manusia, maka sebenarnya pernyataan ini lebih tertuju—sekali lagi— bukan pada negasi terhadap eksistensi Tuhan secara metafisik, tapi lebih tertuju pada tidak berperannya kepercayaan akan Tuhan dalam kehidupan manusia pada umumnya. Kami yakin, poin terakhir ini, yaitu bahwa memang di jaman modern ini manusia makin banyak yang “tersesat”, banyak disetujui oleh orang teis. Bahwa ia mendeskripsikan situasi ini dengan kontroversialnya itu menunjukkan bahwa Nietzsche memandang agama bukan dari dalam agama itu sendiri melainkan dari luar: ia memandang agama sebagai obyek penelitian.
Mengapa Nietzsche bersikeras bahwa Tuhan telah mati? Dia mengatakan bahwa kematian Tuhan itu disebabkan oleh rasa belas kasihan, (Jerman: Mitleid atau Jawa: nelongso) karena melihat keburukan-keburukan manusia. Dia tidak mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada. Dengan mengatakan bahwa Tuhan telah mati maka Nietzsche tidak bisa dikatakan menegasi keberadaan Tuhan. Sebaliknya, sebagaimana juga terhimpun dalam buku Sabda Zarathustra ini, ia menegaskan keberadaan Tuhan, pernyataan Tuhan bahwa telah mati lebih tepat dipandang sebagai sebuah penetapan waktu: Tuhan itu ada, tapi dulu, dan sekarang tidak ada lagi. Dan ketika dia mengatakan bahwa ketiadaan Tuhan saat itu disebabkan oleh manusia, maka sebenarnya pernyataan ini lebih tertuju—sekali lagi— bukan pada negasi terhadap eksistensi Tuhan secara metafisik, tapi lebih tertuju pada tidak berperannya kepercayaan akan Tuhan dalam kehidupan manusia pada umumnya. Kami yakin, poin terakhir ini, yaitu bahwa memang di jaman modern ini manusia makin banyak yang “tersesat”, banyak disetujui oleh orang teis. Bahwa ia mendeskripsikan situasi ini dengan kontroversialnya itu menunjukkan bahwa Nietzsche memandang agama bukan dari dalam agama itu sendiri melainkan dari luar: ia memandang agama sebagai obyek penelitian.
Buku Sabda Zarathustra ini merupakan uraian pena pribadi
dari Neitzsche. Ia adalah sejarah pengalamannya yang paling individual, yakni
sejarah persahabatan, angan-angan, kegembiraan dan dukanya yang paling kelam.
Zarathustra adalah orang pertama yang melihat adanya roda dalam berputarnya
peristiwa dalam pertarungan antara yang baik dan yang buruk. Dibanding pemikir
lain manapun, Zarathustra lebih jujur dan lebih berani dalam mengungkap segala
kebobrokan manusia yang diselubungi berbagai dalih yang tampak cemerlang
dilihat dari luar.
Bagi yang berminat pada buku Nietzsche Sabda Zarathustra, kami melayani paket order. silahkan
hubungi no. kontak 085756777030
Selamat membaca..
0 komentar:
Posting Komentar